BIMA, KOMPAK NTB – Motivasi petani ternak sapi kurban Bima untuk mempertahankan usaha yang selama bertahun-tahun digelutinya karena hasil memuaskan kini mulai menurun. Ditambah lagi dengan sepinya pembeli padahal saat ini sudah sangat dekat dengan Hari Raya Idul Adha.
“Padahal kurang dari 3 pekan lagi Idul Adha, tapi penjualan masih sedikit dan sepi pembeli,” kata Amiruddin, salah satu peternak sapi Bima di jakarta melalui via WA kepada kompakntb.com, Rabu (14/6/2023).
Amir mengaku, sejak di jabodetabek penjualan sapi memang menurun drastis. Namun, menjelang Idul Adha penurunan itu semakin signifikan jika dibandingkan Idul Adha lalu.
“Penjualan sapi kurban di Jabodetabek turun hingga lebih dari 50 persen. Tahun lalu, tiga minggu sebelum Idul Adha sudah laku 20 ekor sekarang 10 ekor saja tidak sampai,” tuturnya.
Sementara untuk harga sapi, Pria kelahiran Desa Wilamaci, Kecamatan Monta ini menjelaskan, berada di kisaran dari biasanya Rp 23 juta menjadi Rp 17. Sementaa yang harga Rp 30 juta tahun lalu sekarang turun jadi Rp 25.
Masalah lain yang akan dihadapi oleh para peternak jika merugi adalah tagihan Bank karena dana yang dipakai untuk usaha ternak yakni pinjaman KUR.
Jika para peternak tidak bisa menjual sapi kurban mereka sesuai harga jual hewan kurban, maka mereka akan merugi karena hewan kurban akan dijual sesuai harga daging di pasar. Hal itu tidak memberikan nilai lebih karena di luar target penjualan.
“Rata-rata para petani ternak sapi kurban Bima saat ini mengadu nasib dengan mengandalkan pinjaman Dana KUR, kalau mereka merugi, otomatis pinjaman KUR tidak dapat mereka kembalikan,” ujarnya.
Dia berharap agar pemerintah DKI bisa mengambil langkah bijak supaya petani tidak merugi apalagi kebanyakan para peternak sapi menggunakan dana KUR.
“Kami berharap pemerintah bisa memberi solusi bijak terhadap nasib para peternak sapi kurban yang menjual sapi kurban di wilayah Jabodetabek,” harapnya. (K-01)
